Rabu, 01 Oktober 2014

Ini Bahayanya Infeksi TORCH pada Ibu Hamil

bahaya-torch-pada-ibu-hamil
TORCH merupakan istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Infeksi TORCH sangat berbahaya bagi ibu hamil, selain menimbulkan masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan ataupun terjadinya keguguran dini.

Berikut ini, beberapa bahaya infeksi TORCH pada ibu hamil

1. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis disebabkan oleh parasit (protozoan parasite Toxoplasma gondii) yang ditularkan dari hewan bertubuh panas kepada manusia. Parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan. Sumber terutamanya adalah daging yang tidak dimasak matang atau sayuran mentah. Tangan yang tercemar toksoplasma juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak mencuci tangan sebelum makan.

Pada kasus infeksi maternal primer yang terjadi pada kehamilan, parasit bisa ditularkan dari plasenta dan menyebabkan cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau keguguran spontan, meski persentasenya kecil. Kebanyakan, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.

Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh atau sistem antibodi terganggu misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun. Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.

Sedangkan Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelainan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis.

Pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat karena diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala. Pemeriksaan yang dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG. Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma.

2. Infeksi rubella
Infeksi ini juga dikenal dengan campak Jerman dan sering diderita anak-anak. Ibu hamil yang mengalami infeksi rubella pada tri semester pertama kehamilan, 90 persennya menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan jantung, keterbelakangan mental, bahkan keguguran (Baca : Mengenal Bahaya Virus Rubella). Ibu hamil disarankan untuk tidak berdekatan dengan orang yang sedang sakit campak Jerman. Untuk mencegah infeksi rubella, kaum wanita disarankan untuk melakukan vaksinasi.

Tanda tanda dan gejala infeksi virus Rubella sangat bervariasi, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Diagnosis infeksi Rubella yang tepat hanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

3. Cytomegalovirus (CMV)
Cytomegalovirus CMV merupakan keluarga virus herpes. Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Infeksi primer pada ibu hamil ditandai dengan terjadinya serokonversi dari IgG antibodi CMV selama kehamilan atau didapatkan IgG dan IgM CMV bersama-sama selama kehamilan. Sedangkan infeksi rekuren ditandai adanya antibodi CMV pada fase sebelum terjadinya pembuahan. Pada infeksi primer, transmisi infeksi ke bayi sebesar 40%. Adanya IgG anti CMV pada ibu hamil tidak memberi perlindungan kepada bayi, sehingga kelainan kongenital mungkin terjadi (Baca : Mengenal Virus Cytomegalovirus (CMV)).

Pemeriksaan laboratorium berguna untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang yang mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG. Media penularan virus ini melalui kontak seksual atau selama kehamilan. Akibat infeksi ini bisa fatal karena menyebabkan cacat bawaan pada janin. Belum ada pengobatan yang bisa mencegah infeksi virus ini.

4. Herpes simplex
Virus herpes terdiri dari 2 jenis, yaitu herpes simplex 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2 (HSV 2). Penularan virus ini biasanya terjadi dengan kontak seksual pada orang dewasa. HSV 1 juga bisa ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak. Prevelansi HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV positif dan mereka yang melakukan hubungan seks yang tidak aman. Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II).

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kulit, namun tanda ini tidak selalu muncul. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus). Untuk diagnosa yang tepat, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.

Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan. Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan darah atau skrining.

Tidak ada komentar:
Write komentar

© 2014 HEALTHY LIFE. Designed by Bloggertheme9 | Distributed By Gooyaabi Templates
Powered by Blogger.