Agar anda lebih mengerti mengenai bahaya infeksi TORCH saat kehamilan, berikut ini beberapa dampak buruk yang bisa terjadi pada janin saat kehamilan ataupun setelah lahir.
1. Toxoplasma
Bila saat kehamilan terinfeksi TORCH akan memberi dampak pada bayi, yaitu :
- Mengakibatkan keguguran dan cacat pada bayi
- Bayi atau janin mengalami : cairan tulang belakang tidak normal, anemia, chorioretinitis, kejang, tuli, demam, growth retardation (gangguan pertumbuhan), hepatomegaly (pembesaran liver), Hydrocephalus, Intracranial calcifications (pengapuran di otak), kuning, lymphadenopathy (pembesaran kelenjar), maculopapular rash (kemerahan kulit), mental retardation (gangguan kecerdasan), microcephaly (ukuran kepala kecil), spasticity and palsies (kelumpuhan dan kelemahan otot), splenomegaly (pembesaran limpa), dan thrombocytopenia
- Menderita gangguan penglihatan sampai buta setelah beberapa bulan atau beberapa tahun sejak ia lahir dan dapat mengalami gangguan pendengaran.
- Bayi yang terinfeksi toksoplasma akan beresiko mengalami 85% terkena retardasi mental, 75% mengalami gangguan saraf, 50% mengalami gangguan penglihatan dan 15% mengalami gangguan pendengaran.
- Bayi yang terinfeksi toksoplasma akan mengalami gangguan fungsi saraf yang mengakibatkan keterlambatan perkembangan psikomotor dalam bentuk gangguan kecerdasan dan keterlambatan perkembangan bicara, serta kejang kejang dan kekakuan yang akhirnya menimbulkan keterlambatan motorik. Toksoplasma juga berpotensi menyebabkan cacat bawaan, terutama bila terjadi pada usia kehamilan awal,sampai 3 bulan dan bahkan kematian.
2. Rubella
Dampak dari infeksi virus rubella pada janin, (Baca : Mengenal Bahaya Virus Rubella) diantaranya :
- Menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin. Sebanyak 50% lebih ibu hamil yang mengalami rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
- Sindrom Rubella Kongenital mengakibatkan katarak pada lensa mata bayi, gangguan pendengaran atau tuli, gangguan jantung, dan kerusakan otak. Di samping itu, bayi juga berisiko lebih besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan gangguan syaraf (pan-encephalitis)
3. Cytomegalovirus (CMV)
Ibu hamil yang terinfeksi Cytomegalovirus (CMV) akan mengakibatkan :
- Sekitar 10% bayi dengan infeksi kongenital memiliki bukti klinis penyakit saat lahir, bentuk yang paling parah dari infeksi CMV kongenital disebut sebagai Cytomegalic inclusion disease (CID). CID ditandai dengan retardasi pertumbuhan intrauterin, hepatosplenomegali, abnormalitas hematologi (trombositopenia), dan purpura (blueberry muffin bayi).mikrosefali, ventrikulomegali, atrofi otak, korioretinitis, dan gangguan pendengaran sensorineural konsekuensi neurologis yang paling umum dari CID.
- Jika ibu hamil terinfeksi, maka janin yang dikandung akan mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, pengkapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Bayi akan kehilangan pendengaran atau tuli.
- Sekitar 20% dijumpai pada bayi yang terinfeksi virus adalah limpa atau hati membesar disertai gejala kuning pada kulit atau mata. 90% bayi yang masih bertahan akan mengalami gangguan saraf berat seperti keterlambatan perkembangan mental.
- Pada bayi baru lahir, 10% diantaranya akan menunjukkan gejala klinik berupa: Intrauterine Growth Restriction (IUGR), ikterus (kuning), hepatosplenomegali (pembesaran liver dan limpa), pneumonia. Biasanya juga dijumpai kelainan kongenital lain seperti: penyakit jantung bawaan (defek septal), atresia bilier, hernia inguinalis dan abnormalitas musculoskeletal. Kebanyakan bayi yang bertahan hidup gejala CID memiliki gejala sisa neurologis dan perkembangan saraf jangka panjang yang signifikan.
4. Herpes Simpleks
Infeksi Herpes dapat menyebabkan infeksi yang berat, mengakibatkan kerusakan yang kronis pada susunan saraf pusat, perlambatan mental, atau kematian. Bayi paling berisiko tertular herpes neonatus bila ibunya sendiri tertular herpes simpleks pada akhir masa kehamilan. Hal ini terjadi karena ibu yang baru tertular belum memiliki antibodi terhadap virus, sehingga tidak ada perlindungan untuk bayi saat lahir.
Tindakan preventif merupakan hal yang sangat bijak. Untuk pencegahan dari awal, sebaiknya lakukan pemeriksaan sebelum menikah, dan selama kehamilan (Baca : 8 Pemeriksaan Laboratorium yang Penting Selama Kehamilan).
Tidak ada komentar:
Write komentar