Terkait : Penyebab dan Gejala Sindrom Alagille
Apakah Penyakit Atresia Bilier itu?
Atresia Bilier merupakan penyakit yang timbul akibat rusaknya saluran empedu di luar hati sehingga tidak ada aliran empedu dari hati ke usus 12 jari. Akibatnya salah satu komponen empedu, yaitu asam empedu, bila tertumpuk dapat merusak hati dan bila tersebar ke dalam darah dan kulit, akan menyebabkan rasa gatal.
Selain itu bilirubin yang terkandung dalam empedu bila tertahan dalam hati akan mewarnai kulit dan bagian putih bola mata sehingga berwarna kuning. Bila berlangsung lama, kerusakan hati dapat menyebabkan kerusakan hati lanjut yang disebut sirosis hati. Bila terus berlanjut, itu akan menyebabkan pendarahan di saluran cerna karena peningkatan tekanan darah yang masuk ke hati.
Kerusakan hati yang terjadi pada kasus atresia bilier bersifat progresif, terus merusak saluran empedu termasuk yang di dalam hati. Pada akhirnya hal itu menyebabkan gagal hati yang harus diatasi dengan transplantasi hati. Atresia bilier adalah penyebab transplantasi hati tersering pada bayi atau anak.
Penyebab Penyakit Atresia Bilier
Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran empedu di dalam maupun di luar hati. Tetapi penyebab terjadinya gangguan saluran empedu ini tidak diketahui.
Gejala-Gejala Penyakit Atresia Bilier
Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa :
- Air seni bayi berwarna gelap
- Feses berwarna pucat
- Berat badan tidak bertambah atau penambahan erat badan berlangsung lambat
- Hati membesar
- Pada saat usia bayi mencapai 2 –3 bulan, akan timbul gejala berikut : Gangguan pertumbuhan, gatal-gatal, bayi sering rewel
- Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke hati)
Pemeriksaan yang Biasa Dilakukan
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan bila bayi terduga terkena Atresia Bilier yaitu :
- Pemeriksaan darah. Dilakukan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar bilirubin, selain itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase, GGT dan faktor pembekuan darah.
- USG sistem hati dan empedu
- Rontgen perut untuk melihat pembesaran hati
- Scintigrafi
- Kolangiografi intraoperatif (kolangiogram) yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi saluran empedu.
- Biopsi hati untuk melihat struktur organ hati apakah terdapat sirosis hati atau komplikasi lainnya.
- Laparotomi, biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.
Terkait : Mengenal Tes Fungsi Hati
Pengobatan Penyakit Atresia Bilier
Pengobatan atresia bilier ini prinsipnya adalah mengganti saluran empedu yang mengalirkan empedu ke usus halus. Jika saluran empedu intrahepatik (dalam hati) tidak terganggu, maka operasi rekonstruksi jalur bilier ekstrahepatik (di luar jalur hati) bisa dilakukan atau dinamakan prosedur Kasai (ditemukan oleh ahli bedah Jepang bernama dr. Morio Kasai) atau hepatoportoenterostomy.
Pembedahan ini dilakukan untuk melompati atresia bilier dan menghubungkan langsung hati dengan usus halus. Biasanya pembedahan akan berhasil dilakukan jika bayi belum berusia 8 minggu. Prosedur Kasai hanya merupakan penanganan sementara, bisa membuat sebagian pasien berumur panjang. Namun, fungsi hati pada sebagian pasien lainnya semakin memburuk setelah dilakukannya tindakan prosedur Kasai. Saat kondisi mulai memburuk inilah, maka dibutuhkan cangkok hati.
Terkait : 5 penyakit jantung bawaan pada anak
Jika atresia tersebut merupakan atresia yang komplit, dimana seluruh saluran empedu tidak terbentuk, maka satu-satunya pengobatan adalah transplantasi hati.(liversehat.com)
Tidak ada komentar:
Write komentar