Pages
MajalahKartini.co.id - Direktur Bina Farmasi Kemenkes RI, Bayu Teja dalam diskusi publik "Access to Medicine" di Jakarta, Kamis (21/4) menyampaikan di direktorat pelayanan kefarmasian (Yanfar) Kemenkes RI ada dua instrument untuk penyediaan obat yaitu: Fornas (formularium nasional), untuk menetapkan jenis obatnya dan e-catalog menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat terutama untuk obat-obat esensial.
"Fornas sendiri mulai diterbitkan tahun 2013 untuk JKN 2014, amanat UU SJSN bahwa jenis obat yang dipakai ditentukan melalui perpres. Fornas dalam perkembangannya, merupakan dokumen yang hidup karena perkembangan dunia farmasi dan kedokteran begitu cepat sehingga fornas ini sangat dinamis," jelas Bayu Teja.
E-catalog lanjut dia, dimulai tahun 2013, hanya 27 Industri Farmasi (IF) yang terlibat. Saat ini setelah dilaunching, sekitar 85 persen dinas kesehatan sudah menggunakan e-catalog. "Pada saat itu dinas kesehatan biasanya pesan untuk satu tahun, sehingga tidak terlalu menjadi keluhan. Kemudian tahun 2014 e-catalog diperluas, tidak hanya obat esensial tetapi semua obat yang ada di fornas dan sekitar 80an IF sudah masuk," tambahnya.
Meski demikian, upaya akses obat ini mendapati sejumlah kendala yaitu:1. Beberapa obat tidak ada di katalog, sementara di fornas ada. 2. Pemesanan tidak direspon oleh IF penyedia, sementara kebutuhan mendesak dan tidak dapat ditunda.
"Pada era e-catalog, user tidak lagi kontak dengan PBF (Perusahaan Besar Farmasi) untuk follow up tetapi langsung ke industri (produsen) padahal mereka kontak satu-satunya yang tertera di e-catalog," papar Bayu.
from Majalah Kartini - Kesehatan http://ift.tt/1WgEfcx
Implementasi E-Catalog Obat, Kendala dan Solusinyacara hidup sehat
Tidak ada komentar:
Write komentar